Selasa, 07 Juli 2009

Ibnu Hazm dan Cinta

Ibnu Hazm al-Andalusi pernah berkata:
Seorang Tabib berkata kepadaku tanpa didasari ilmu pengetahuan
Berobatlah engkau wahai orang yang berpenyakit
Sedangkan penyakitku itu tiada yang mengetahuinya kecuali aku
Dan juga Tuhan yang Mahakuasa, Maharaja dan Mahamulia
Apakah harus aku sembunyikan?, sedangkan hal itu akan dibeberkan oleh keledai yang tertawa terbahak-bahak
Yang akan selalu mendekatiku dan mengetuk panjang pintuku
Wajah yang melambangkan bentuk kesedihan
Dan tubuh bak kuda yang kurus dan lemah lunglai

Keadaan yang kalian rasakan adalah fitrah adanya, dan akan dilalui setiap pemuda pada fase pertumbuhan dewasa. Setiap orang yang berada pada fase tersebut akan merasakan cinta yang menggebu-gebu dan selalu berangan-angan seandainya setiap saat dalam hidupnya bersama sang kekasih serta berharap datangnya suatu hari dimana ia mendengar suara gendang pernikahan dan melanjutkannya dengan makan sepiring berdua yang dipadukan atas dasar cinta, kehangatan, kasih sayang, juga keikhlasan.

Telah kusampaikan kepada kalian batasan-batasan yang jikalau seandainya dipikulkan kepada sebuah gunung, niscaya ia tidak akan mampu mengembannya. Apalagi kalau dipandang dari dua hati kalian yang tipis, kecil lagi lemah. Sedangkan kalian setiap hari menyaksikan bermacam bentuk kisah cinta dalam kehidupan ditambah lagi dengan acara-acara televisi yang dapat menambah rasa cinta yang mendalam dalam jiwa kalian. Hati saling terpaut, jiwa seakan-akan terpenjara, perasaan semakin kalut, air mata bercucuran, bahkan sampai ke suatu puncak detak jantung kalian menutupi dunia maya nun jauh di sana. Aku katakan kepada kalian: "Ini adalah suatu karunia yang dirasakan setiap kawula muda di mana pun mereka berada ketika melalui fase pubertas"

Adalah seorang pemudi Islam pada abad 21 ini menanyakan: "Apakah cinta itu?". Dan ia pun menjawab sendiri: " Apakah cinta itu suatu perasaan yang dikaruniakan kepada dua jenis manusia yang berbeda. Kedua belah pihak tidah menghendaki apapun kecuali kelanggengan hubungan dan kebahagiaan mereka kelak? Atau cinta hanya perasaan yang menyelubungi hati dan menjaganya dari kesulitan hidup dan raa kesendirian? Atau, cinta itu hanya sekedar pandangan kelembutan yang membuat dua sejoli terlena? Atau, cinta adalah kata-kata yang bisa menjadikan dua hati terpaut erat karena makna-maknanya yang menyentuh dan membuahkan senyum manis dari bibir pendengarnya, menghilangkan rasa sedih serta mengokohkan sanubari?

Apakah cinta itu?
Sesungguhnya cinta adalah sebuah bunga yang warnannya indah, baunya harum, sentuhannya mempesona, namun memiliki duri-duri yang menyakitkan ketika melukai dan ia tak terobati. Bekas lukanya tak bisa hilang. Walaupun termakan waktu, ia tetap membekas.

Inilah sosok Imam Ibnu Hazm rahimahullah seorang ulama besar, fakih dan muslim sejati. Perlu digarisbawahi pula bahwasanya Islam tidak melarang seseorang mengungkapkan isi hatinya dan menyatakan perasaan seorang anak Adam yang sedang dilanda cinta.

0 komentar:

Posting Komentar