Minggu, 31 Mei 2009
PEREMPUAN
Perempuan datang atas nama cinta.
Bunda pergi karena cinta.
Atas dirinya...
Digenangi air racun jingga
Adalah...
Wajahmu seperti bulan lelap tidur di hatimu
Yang berdinding kelam dan kedinginan
Ada apa dengannya...
Meninggalkan hati untuk dicaci
Percaya...
Sampai darah ke lututpun aku tak percaya
Lalu...
Rumput tersabit
Sekali ini aku lihat karya surga
Dari mata seorang hawa
Percaya...
Tak tahu...
Ada apa dengan Cinta ?
dan...
Aku akan kembali dalam satu purnama
untuk mempertanyakan kembali cintanya...
Bukan untuknya, bukan untuk siapa
Tapi untukku, karena aku ingin kamu
Itu saja.
KELUHKU
Sedih….
Alangkah elok rupa sang wajah di balik khimar dan kopiah putih. Tapi mengapa hal yang erat kaitannya dengan tuntutan ilahi pun tersisih?.
Aneh sungguh aneh. Apakah ini potret sebagian ummat Islam yang mengaku dirinya Islam tanpa mau betul-betul berkomitmen menjalankan ajaran Islam?.
Islam itu agama yang tidak mempersulit tapi tidak boleh dipermudah. Bahkan menurut saya, bukan orang Islam yang kaffah namanya, kalau hanya menjalankan sholat lima waktu, puasa, naik haji dan berzakat atau dengan kata lain Rukun Islam.
Bukankah Ummat Islam terlalu besar untuk bermimpi kecil?. Lalu kenapa ibadah-ibadah nawaafil saja kita masih enggan melaksanakannya, mengapa kita masih saja bergelut dalam lingkaran Syaitan. Wajar saja kalau sampai detik ini, wajah sublim kaum kafir di luar sana tengah terbahak-bahak menertawakan kita. Mereka sangat senang melihat kaum muslimin yang masih saja terlena tanpa mau berpikir, kapan kita akan keluar dari belenggu semua ini???
MOSLEEMAH
*Apabila ada seorang perempuan yang tampak dikurangi haknya dalam satu hal maka Islam pasti menggantinya dengan yang lebih baik pada hal yang lain.
*Hal yang paling menyimpang pada perempuan adalah apa yang ada dalam kepalanya, sedangkan yang paling seimbang adalah hatinya. Menyikapi seorang perempuan haruslah dengan kearifan dan kelembutan, bukan dengan logika
"Mutiara kata Imam Hasan Al-Banna"
Kamis, 07 Mei 2009
RELAXASI PENGHUJUNG WAKTU
Tepat pukul 02.14 Wita fii Maskan Az-Zahrah
Mata terasa enggan mengatup. Memori tentang film barusan masih begitu lekat. So, kenapa tidak dituliskan sebagai sarana relaxasi jiwa dan pikiran.
Sebuah Catatan Relaxasi...
KUN FAYAKUN, film yang menyajikan cerita ringan namun sangat mendalam. Sebuah karya film bertema religi ini bisa menjadi salah satu referensi tontonan seluruh anggota keluarga kita di rumah. Seperti yang terjadi semalam di asrama kami yang mungil. Ucha, Evhy, Radiah, Irma, Tina, Hasni dan aku sendiri, begitu antusias menyaksikannya. Maklumlah anak asrama, kalau ada kesempatan nonton seperti ini, rasanya sayang untuk dilewatkan walau sedetik. Dan bagi anda yang mencari bahan tontonan yang baik untuk pencerahan jiwa, KUN FAYAKUN adalah pilihan tepat buat anda. Dengan menyisihkan waktu sejenak untuk menyimaknya saja, rasanya tak ada ruginya. Sebab, film ini sarat dengan nuansa spiritual yang kental. Betapa tidak, terlalu banyak ibrah yang mengalir deras ke dalam alur pikiran kita. Di antaranya: Pertama tentang sebuah Keyakinan kita terhadap Sang Maha Pencipta. Bahwa sesungguhnya, Allah ada untuk hamba-Nya yang selalu mengangkat kedua tangan seraya memohon Rahmat dan karunia-Nya asalkan keyakinan bahwa Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dan Sang pemilik seluruh alam, tertancap kuat dalam sanubari dan tidak berprasangka yang aneh-aneh terhadap-Nya. Kedua, Kesabaran itu hendaklah menjadi sifat orang muslim. Bahwasanya kesulitan dan kemudahan itu adalah teman bagi manusia. Selama kita masih diberi kesempatan hidup di dunia, keduanya senantiasa kan datang silih berganti menyapa. Kesulitan diberikan oleh Allah SWT kepada kita, paling tidak mengandung tiga hikmah :
1. Dengan merasakan kesulitan, kita menjadi tahu betapa berharga dan nikmatnya kemudahan
2. Kalau kita merasakan tidak enaknya kesulitan, kita juga yakin orang lain akan merasakan hal yang sama. Karena itu, kita berusaha untuk tidak menyulitkan hidup orang lain
3. Jika kita suka kesulitan kita hilang, kita juga yakin orang lain merasakan hal yang sama. Sehinnga kita dimotivasi untuk senang membantu orang lain mengatasi kesulitannya.*
--------------------------------------
* Dan… Datanglah Kemudahan, hal.6.
Ketiga, setiap proses dan jejak langkah perjalanan kita akan terasa begitu bermakna, jika kita tetap bersyukur. Mensyukuri sekecil apapun nikmat yang diberikan oleh-Nya adalah suatu amal positif yang tak ternilai. Seperti adegan yang dilakukan Desy Ratnasari dalam film ini, saat ia harus ikhlas menyantap sesuap nasi tanpa embel-embel lauk pauk langsung dari tempatnya asalkan anak-anak dan suaminya bisa kebagian. Mereka pun tetap bersyukur meski makan seadanya walau kadang-kadang mereka sendiri harus puasa, jika sudah tak ada lagi yang bisa dimakan akibat tak punya uang untuk membeli bahan makanan. Namun, rasa syukur yang teramat dalam dan ikhtiar yang mereka jalani untuk tetap memperjuangkan hidup penuh optimisme adalah suatu anugerah yang tak terkira pada akhirnya.
Keempat, nikmatnya bersedekah. Janganlah takut miskin saudara-saudara sekalian, hanya gara-gara menyisihkan sedikit harta kita untuk orang lain yang lebih membutuhkan. Di film ini, lagi-lagi kami dibuat berdecak kagum atas kemurahan hati seorang Ardan( Agus Kuncoro) yang ikhlas bersedekah meski dirirnya pun tak berpunya. Subhahanallah, apa yang dilakukan Ardan sangatlah luar biasa, pekerjaan sebagai tukang jual kaca keliling yang berpenghasilan minim pun tak mengurangi rasa empatinya terhadap sesama. Lantas bagaimana dengan kita?
Dan akhirnya, semoga kita senantiasa diberi petunjuk dan bisa menjadi salah satu di antara sekian makhluk-Nya yang tetap istiqomah di jalan-Nya. “Yaa muqollibal quluub tsabbit quluubana ‘ala diinika”
Amien allahumma Amien.
Karakteristik kaum Yahudi
2. Suka berpergian/ merantau untuk membuat kerusakan
3. Suka membunuh para Nabi dan Rasul Allah
4. Suka melanggar perjanjian
5. Suka merubah kitab taurat sesuai kepentingannya
6. Suka berkoalisi dengan siapapun untuk mengusir umat Islam
7. Suka makan uang haram
8. Suka membuat permusuhan terhadap orang Islam dengan jalan kebencian melalui peperangan hingga hari kiamat,dll.
ASA
begitu damai mengalir, menyusup di setiap sendi kehidupan.
Pekik jiwa dalam temaram rasa
"Ya Rabbi, siramilah kesejukan dalam hati hambamu yang kini berkelut di padang maksiat"
Sungguh....
aku tak ingin seperti Qais
yang membiarkan dirinya tenggelam dalam duka
aku tak ingin seperti Qais
yang halus dan lemah
aku tak ingin seperti Qais
yang merasa hidup tiada artinya lagi tanpa kekasihnya Layla dalam takdirnya
aku juga bukanlah korban kerapuhan romantisme belaka
aku ingin bebas dari problematika cinta dan asmara
aku pun tak ingin larut dalam nuansa gelora
ku ingin membangkitkan gairahku
untuk memaknai hidup adalah hidup
(syukran for ust. Anis atas taujih cintanya)
Rabu, 06 Mei 2009
MY EMOTICON MIN ONE
bahtera kau dayung menggapai ridha-Nya
kau semai tiap pintu menuju rahmat-Nya
dalam syahdu tangisan hamba yang merindu
dalam sujud yang penuh harap
kau tengadahkan tangan dalam penantian
keikhlasan dan ketulusan dalam raut paras wajahmu
bersemayam nilai rabbani dalam hati
lanjutkan cita-cita nubuwah
ukhtifillah...!
jadilah Khadijah, Aisyah, Hafsah dan shahabiyah yang agung!
25 Maret 2009 08:37
Allah akan sangat senang jika seseorang hamba meminta pada-Nya
Ia takkan pernah mengeluh atas pengaduan hamba-Nya
tetesan air mata seorang hamba kepada-Nya
bagai tangisan bayi terhadap ibunya
maka sang ibu akan paham, apa kebutuhan bayinya dan akan mengabulkannya
selama itu akan membawa kebaikan pada sang bayi
sudahkah kita meminta sepenuh hati pada-Nya?
jika ya, Ia akan memberikan yang terbaik
AZHAR, Sebuah Miniatur Surga
Ya itulah dirimu. Yang membuatku selalu tersenyum pabila mengenangmu. Mengenang kepingan mozaik, saat pertama menginjakkan kaki di atas tanahmu. Aku tertegun, apakah ini nyata atau hanya khayalanku belaka?.
Ini nyata, kau telah berada disini, di tempat yang kelak akan mengantarkan kebahagiaan untukmu. Ungkapan di bawah alam sadarku, seolah-olah ingin meyakinkan bahwa aku tak salah pilih, tak salah jalan apalagi salah melangkah.
Warnamu yang hijau bak rerumputan tertetes embun pagi yang menawan selalu mengundang decak kagum setiap mata yang menatap. Mata orang-orang mukmin yang rindu tontonan segar nan Islami di tengah-tengah peradaban manusia yang mulai terkikis tirani, kediktatoran, sekuler, emansipasi, hedonis, individualis dan apalah namanya.
Tiba-tiba kau hadir dengan sebuah pencerahan paling tidak terhadap bangsa ini. Membawa satu ideologi yang mungkin telah dilupakan oleh sebagian orang. Sebuah ideologi yang dengan tegas menyatakan bahwa Islam adalah agama Syamil (agama sempurna). Agama yang memperhatikan segala aspek kehidupan mulai dari perdagangan sampai masalah warisan. Bukankah bangsa ini butuh sebuah narasi besar?. narasi yang akan mengantarkan Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan yang berlandaskan syari’at Islam. Itulah cita- cita tertinggi yang kau tiupkan pada ruh-ruh kami. Ruh pemuda yang rindu akan kesejatian cinta Ilahi agar mengejewantah sempurna dalam aliran darah kami.
Tahukah kau, ada pepatah yang mengatakan “first love never die”, sepertinya itu pas buatku. Saat pertama datang ke tempatmu yang menurutku biasa-biasa saja namun ada suatu kesejukan yang kau sajikan, seakan membelai lembut yang membuatku jatuh cinta bak api menyala-nyala tak terpadamkan oleh derasnya air maupun hembusan angin.